Hari ini tanggal 12 Januari 2022, masih tengah malem sebenernya. Kalau gue bilang lagi “nggak kerasa waktu berlalu cepet banget” kayaknya bosen. Here we are, almost 2 years after the first Covid-19 case in Indonesia. So, hello 2022, I guess?
Awalnya gue mau ngerencanain nulis postingan ini sejak malam tahun baru seperti biasa, buat nge-recap tahun 2021. Oke jadi… the summary of year 2021 is… the worst year ever. I was so messed up.
Lanjutkan membaca “gue takut.”
Ruang itu gelap. Netranya mengawasi dinding lorong tak bersudut. Menerka langkah tepat menerjang resah. Memandang titik putih yang jauh tak terukur. Ruang itu senyap. Radarnya seakan menjulur bergerak gelisah. Mencari kausa yang lekas berlalu bagai kilat. Memeriksa setiap gerik yang tak pasti. Ruang itu menginjak waktu yang dilaluinya. Tak bisa diatur, tak bisa diarah. Denting detik memudar membasuh gundah. Menyapu pilu mengundang pemicu degup lainnya. Orang itu bergerak tanpa kuasa dirinya. Menginjak ruang, melalui waktu. Menerjang resah, memeriksa gerik. Membasuh gundah, menyapu pilu. Terlaksana sempurna karena kuasa-Nya. 06.11.21 00:38
Hari ini tanggal 17 September 2021 pukul 00.52, dan gue baru aja ngeberesin peralatan tugas gambar. I write this post to the person yang selama nugas tadi tiba-tiba mampir di pikiran gue (and maybe not only this time, but he’s always in my mind for these past four years hahaha). So, I’m going to use the word ‘you’ to refer to him, ngebayangin dia bakal baca postingan ini (even tho it’s almost impossible lol).
Lanjutkan membaca “to you.”
kala itu kalender masih menunjukkan angka belasan di akhir tulisan tahunnya. 17 tepatnya, di pertengahan tahun menunggu keajaiban menyambutnya. matahari terbit masih sering ia saksikan, dipotret memenuhi laman yang tak ada mempedulikannya. waktu masih menjadi misteri baginya, ia tuliskan di lembar pertama bukunya. usianya masih 15, dunia yang ia lihat masih belum setengahnya. pertengahan tahun itu akan selalu membayanginya. tentang bagaimana waktu mengubahnya menjadi sosok yang tak ia kenal sebelumnya.Lanjutkan membaca “andai saja”
teruntuk suatu waktu yang tanpa disadari mematahkan anggapan pada diri sendiri, menjadi titik untuk menerka tentang kekuatannya dalam bertahan mencoba mengerti, memperkirakan kesanggupan berekspektasi dalam buaian ilusi, memikirkan kembali tujuan mimpi dan realitas yang dihadapi, akankah menjadi titik tolak atau kembali menjadi luapan kejadian yang tidak pasti? teruntuk serangkaian waktu yang menjadi pelajaran, tentang mengerti dan memahami, tentang melepaskan dan mengikhlaskan, tentang menjelajahi dan mencukupi, tentang angan dan kenangan, tentang rasa letih dan bangkit kembali, tentang tangis dan masa depan, tentang diri sendiri dan lengkupan histori, yang menjadi titik-titik penyusun garis angka 18, akan selalu teringat dalam memori. — me at my 18: the change, losing myself, and struggling to get it back; an imaginary writing with a thousand words that I'll always keep in my head instead.
Hari ini hari Minggu, tanggal 23 Agustus 2020. Nggak bosen-bosen gue bilang kalo waktu berjalan cepet banget. Udah sembilan hari berlalu sejak pengumuman SBMPTN 2020, one of my best day ever.
Di postingan kali ini gue pengen share pengalaman gue seputar seleksi masuk perguruan tinggi yang gue ikuti. Gue udah janji sama diri sendiri buat bikin ini, sebagai kenang-kenangan karena this whole journey was like a rollercoaster ride for me! Banyak banget yang gue alamin dan tanpa sadar gue ngerasa ‘tumbuh’ dari hal-hal itu.
Lanjutkan membaca “Indahnya Perjuangan”Bahagia. Satu kata yang susah buat gue deskripsiin apa maknanya.
Apa bahagia itu saat lo dapet nilai yang memuaskan sesuai dengan hasil belajar lo? Apa bahagia itu saat dikelilingi keluarga yang sayang sama lo? Apa bahagia itu saat lo ngerasa beruntung punya temen-temen setia dan seneng banget kalo main sama mereka? Apa bahagia itu saat lo punya seseorang yang bisa lo curhatin apa aja? Apa bahagia itu saat orang yang lo taksir tiba-tiba juga suka sama lo dan bales chat lo? Apa bahagia itu saat khayalan yang cuma lo baca di novel-novel teenlit cheesy jadi kenyataan? Apa bahagia itu saat usaha lo buat skincare-an akhirnya berhasil? Apa bahagia itu saat semua kerja keras lo terbayar dengan impian yang jadi kenyataan? Apa bahagia itu sesuatu yang pernah gue rasain?
Huh, finally the second year of high school was over. I think it was my worst year, tbh. Second year was really really hectic. I haven’t finished wondering about new things in high school. Everything is new, every day has a new thing comes up.
Dan di kelas sebelas ini kayaknya gue lebih banyak mikir lagi dibanding kelas sepuluh. First year was also crazy, but second year was crazier, and I got lazier everyday. Haha.
❝ The more I got to know people, the more I realized we were all just a bunch of frightened idiots walking around in the dark, bumping into each other and panicking for no reason at all. ❞
A Very Large Expanse of Sea by Tahereh Mafi
Today, Jan 8 2019, I’ve just finished reading the first English novel I’ve ever read in my life. Jadi, buku yang gue baca ini judulnya “A Very Large Expanse of Sea” karya Tahereh Mafi. Novel ini bercerita tentang seorang remaja perempuan berumur 16 tahun berna Shirin. Shirin adalah seorang Muslim berhijab keturunan Iran yang lahir dan besar di Amerika. Here’s the synopsis of the book.
Hai, semuanya! Hari ini Hari Jumat, tanggal 20 April 2018, dan hari ini gue telat pulang karena kejebak banjir + macet. Selain itu, hari ini gue juga abis kena omelan guru biologi yang emang, sih, hobi ngegaik, tapi ya kalo ga salah jangan ikutan digaik juga dong, ya? Iya, ga sih? Oke, dua hal itu ga penting. Tapi hari ini gue memutuskan untuk buat post karena gue harus meredakan hati, emosi, serta pikiran gue biar nanti pas ujian tenang. Ga deng.
Ga kerasa banget, udah hampir setahun dari saat-saat menjelang UN SMP, masa-masa di mana gue galau sana-sini tapi ga belajar sungguh-sungguh. Hm sepertinya hal itu ga perlu dibahas lagi. Ga kerasa juga, udah 9 bulan gue jadi murid SMA. Bener-bener ga kerasa.
dua-enam 