Diposkan pada Tak Berkategori

andai saja

kala itu kalender masih menunjukkan angka belasan di akhir tulisan tahunnya.
17 tepatnya, di pertengahan tahun menunggu keajaiban menyambutnya.
matahari terbit masih sering ia saksikan, dipotret memenuhi laman yang tak ada mempedulikannya.

waktu masih menjadi misteri baginya, ia tuliskan di lembar pertama bukunya.
usianya masih 15, dunia yang ia lihat masih belum setengahnya.
pertengahan tahun itu akan selalu membayanginya.
tentang bagaimana waktu mengubahnya menjadi sosok yang tak ia kenal sebelumnya.
suatu sore di hari jumat itu seperti mengubah dirinya.
tangisan itu tidak sepatutnya ia teteskan, kalau saja ia tahu itu belum seberapa dari segalanya.
sore itu seperti pertanda baginya, tentang perubahan di hidupnya dan waktu yang berperan terhadapnya,
tentang latar dan pemeran yang berganti di dunianya,
tentang kesadaran kalau ia juga harus bisa beradaptasi mengikutinya.

andai saja ia kembali bangkit, meneruskan impian yang menjadi pusat hidupnya.
andai saja ia tak selemah itu, mungkin masa depan akan berbeda baginya.
andai saja ia berani melawan pikirannya, mungkin saja air mata tidak terus-menerus menghantuinya.
andai saja, ah atau mungkin dirinya yang sekarang juga sudah tidak pantas mengandaikannya.

26.06.21 23.56

Penulis:

just a speck of dust.

Tinggalkan komentar